Serangan yang dilakukan seorang seorang wanita di Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia (Mabes Polri) menjadi topik pembicaraan di dunia maya.
Sejumlah pengamat memaparkan pendapatnya tentang kejadian tersebut. Ada yang menyatakan, aksi itu adalah tindakan terorisme dari sebuah organisasi tertentu. Namun, ada yang mengingatkan agar tidak menilainya sebagai aksi terorisme sebelum melakukan penelurusan lebih lanjut.
“Jangan spekulasi dulu ke arah terorisme. Banyak kejanggalan,” jelas pengamat terorisme Harits Abu Ulya.
Hal ini ia simpulkan dari rekaman video pengawas (CCTV) dan beberapa video amatir yang tersebar di situs jejaring sosial dan aplikasi pesan instan seperti Whatsapp.
Ia menilai, wanita yang terekam dalam video yang beredar terlihat amatir dalam memegang senjata. Apalagi, wanita itu berjalan bebas di area terbuka yang berada di kompleks Mabes Polri.
Harits mengatakan, wanita itu bisa jadi berada dalam kondisi yang tidak stabil atau terkena hiptonis dari orang lain, sehingga melakukan hal-hal di luar kendali akal sehatnya. Bisa juga, kata Harits, wanita itu terpengaruh oleh obat-obatan tertentu.
Oleh karena itu, lanjut Harits, seharusya pihak kepolisian tidak menembak wanita itu sampai tewas, namun cukup dilumpuhkan. Sehingga, aktor dari kejadian ini bisa diungkap.
[Abu Syafiq/Fimadani]
Advertisement
2 komentar
Aneh memang..
Kalau di luar negeri, pembunuh yg menewaskan puluhan org masjid, di mall atau disekolahan yg notabene senjata yg dipegangnya senjata otomais aja masih bisa ditangkap hidup2 yaa. .
Peran Orang Tua dalam mendidik dan memberikan perhatian kepada Anak, perlu ditingkatkan. Harus lebih ekstra dalam memahami kejiwaan Anak.
Semoga tidak terulang, Aamiin
EmoticonEmoticon