Di penghujung 2020 ini, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj memberikan tausiah pada pada Selasa (29 Desember 2020). Kiai Said menuturkan, saat ini, sikap intoleransi masih banyak ditemui di tengah-tengah masyarakat Indonesia.
“Pada tahun 2020 ini kita masih menyaksikan intoleransi yang masih merebak bahkan cenderung meningkat,” jelasnya ketika menyampaikan tausiah kebangsaan PBNU secara daring melalui akun NU Channel di kanal YouTube.
Oleh karena itu, lanjutnya, PBNU mengimbau semua pihak untuk kembali kepada jati diri bangsa Indonesia yang menghormati semua perbedaan dan keanekaragaman yang terangkum dalam sila-sila Pancasila.
Menurut kiai lulusan Universitas Ummul Qura, Makkah, Arab Saudi itu, perbedaan yang ada di kalangan masyarakat Indonesia mesti dijadikan sebagai energi untuk menghasilkan kekuatan bersama sebagai bangsa, bukan dijadikan benih-benih perpecahan atau unsur-unsur yang merusak persatuan bangsa.
Di samping itu, Kiai Said menunturkan, sistem demokrasi yang ada saat ini bisa dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu seperti fundamentalisme agama dan ekonomi. Hal ini terjadi, menurutnya, karena di dalam sistem demokrasi terdapat kebebasan untuk menyampaikan pendapat.
Oleh karena itu, lanjut Kiai Said, panggung demokrasi membuka ruang bagi kelompok radikal untuk berekspresi sehingga bisa mengganggu persatuan NKRI.
Pada masa sekarang, kata Kiai Said, kebebasan berpendapat bisa disampaikan melalui dunia maya dan akun media sosial, termasuk isu-isu politik. Oleh sebab itu, PBNU melihat perlu ada upaya yang optimal untuk membangun narasi-narasi positif sehingga semua bentuk berita bohong, fitnah, radikalisme dan terorisme bisa diatasi dengan baik.
Dalam tausiah itu, Kiai Said juga menyoroti aspek perekonomian. Menurutnya, saat ini, pembangunan di sektor ekonomi belum menyentuh kesejahteraan umum. Watak ekonomi masih eksklusif dan hasilnya hanya dinikmati oleh sebagian pihak dalam jumlah yang sedikit.
[Abu Syafiq/Fimadani]
EmoticonEmoticon