Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang PS Brodjonegoro menuturkan, daya serap industri yang berada di Indonesia masih terbatas dalam menciptakan alat tes pendeteksi virus corona (Covid-19).
“Rapid test (alat tes diagnostik cepat) sudah dikembangkan tapi memang kapasitas industri masih terbatas dan tidak mudah juga mencari mitra industri yang mau mengembangkan rapid test skala besar karena mereka harus melakukan investasi baru,” ujarnya seperti dilansir CNNIndonesia, Jumat (10 Juli 2020).
Menurut Bambang, di antara kesulitan yang ditemui di lapangan adalah karena alat tersebut belum pernah diproduksi sebelumnya di Indonesia.
Bambang melanjutkan, kebutuhan terhadap alat tes Corona pada saat ini sangat banyak. Namun demikian, industri yang ada di Indonesia belum sanggup membuatnya dalam jumlah besar. Di samping itu, kemungkinan risiko dalam memproduksi alat itu belum bisa ditakar.
Selama ini, lanjut Bambang, alat-alat kesehatan yang digunakan di Indonesia masih terikat pada barang-barang impor. Presentase impor alat kesehatan dari luar negeri lebih dari 90 persen.
Beberapa pekan terakhir, pertambahan jumlah korban terinfeksi Covid-19 di Indonesia lebih dari 1.000 jiwa setiap harinya. Adapun jumlah korban Covid-19 di 213 negara lebih dari 12 juta jiwa. Sementara itu, korban meninggal tercatat lebih dari 500 ribu orang di seluruh dunia.
Setelah beberapa pekan melakukan karantina wilayah (lockdown), sejumlah negara kembali membuka beberapa pusat perbelanjaan dan kegiatan perekonomian semenjak Juni 2020. Sejumlah tempat ibadah juga dibuka dengan menerapkan protokol kesehatan.
[Abu Syafiq/Fimadani]
“Rapid test (alat tes diagnostik cepat) sudah dikembangkan tapi memang kapasitas industri masih terbatas dan tidak mudah juga mencari mitra industri yang mau mengembangkan rapid test skala besar karena mereka harus melakukan investasi baru,” ujarnya seperti dilansir CNNIndonesia, Jumat (10 Juli 2020).
Menurut Bambang, di antara kesulitan yang ditemui di lapangan adalah karena alat tersebut belum pernah diproduksi sebelumnya di Indonesia.
Bambang melanjutkan, kebutuhan terhadap alat tes Corona pada saat ini sangat banyak. Namun demikian, industri yang ada di Indonesia belum sanggup membuatnya dalam jumlah besar. Di samping itu, kemungkinan risiko dalam memproduksi alat itu belum bisa ditakar.
Selama ini, lanjut Bambang, alat-alat kesehatan yang digunakan di Indonesia masih terikat pada barang-barang impor. Presentase impor alat kesehatan dari luar negeri lebih dari 90 persen.
Beberapa pekan terakhir, pertambahan jumlah korban terinfeksi Covid-19 di Indonesia lebih dari 1.000 jiwa setiap harinya. Adapun jumlah korban Covid-19 di 213 negara lebih dari 12 juta jiwa. Sementara itu, korban meninggal tercatat lebih dari 500 ribu orang di seluruh dunia.
Setelah beberapa pekan melakukan karantina wilayah (lockdown), sejumlah negara kembali membuka beberapa pusat perbelanjaan dan kegiatan perekonomian semenjak Juni 2020. Sejumlah tempat ibadah juga dibuka dengan menerapkan protokol kesehatan.
[Abu Syafiq/Fimadani]
Advertisement
EmoticonEmoticon