Dalam beberapa bulan terakhir, banyak referensi dan makalah yang mencatat sejarah wabah di masa lampau dan modern serta bagaimana sikap pemerintah dan rakyat berbagai negara dalam menyikapinya.
Tak dipungkiri, sumber dan referensi mengenai wabah di negara Arab sangat langka jika dibandingkan dengan sumber-sumber lain yang berada di negara Eropa.
Pasalnya, negara-negara Eropa menyikapi wabah yang pernah ada di muka bumi ini sebagai fenomena historis yang meninggalkan dampak sosial, ekonomi dan budaya sehingga perlu didokumentasikan.
Beberapa waktu lalu, seperti dilansir Alaraby, Museum Nasional Qatar di Doha memamerkan koleksi dokumen, korespondensi, dan kesaksian lisan tentang wabah yang melanda kawasan Teluk Arab selama dua dekade pertama abad 20.
Baca juga: Sepenggal Kisah Istigosah yang Berujung Duka
Pameran ini mengungkapkan penyebaran wabah yang meluas dan penderitaan yang dialami masyarakat di wilayah Teluk Arab.
Wabah itu menyebabkan banyak orang meninggal dunia. Banyak pula yang memilih untuk bermigrasi ke negara lain karena dilanda kelaparan akibat wabah tersebut. Ini merupakan krisis terbesar dalam sejarah Teluk Arab.
Pada awal abad ke-19 dan ke-20, Qatar menghadapi berbagai wabah mematikan yang tidak kalah berbahaya dari pandemi Covid-19 yang saat ini menyebar di dunia.
Baca juga: Ini 4 Wabah yang Pernah Menyebabkan Masjid Kosong Tanpa Jamaah
Dalam pameran tersebut juga diperlihatkan dokumen berupa telegram yang dikirim Gubernur Basrah pada tahun 1903 kepada Kementerian Dalam Negeri Dinasti Utsmaniyah (Ottoman), yang menyatakan bahwa banyak orang yang meninggal karena wabah Kolera, sehingga tindakan pencegahan yang diperlukan harus segera diambil.
Dokumen-dokumen yang dipamerkan dalam Museum Nasional Qatar itu menceritakan bagaimana wilayah Teluk Arab sangat mudah terpapar penyakit karena ketergantungan penduduknya pada laut sebagai sumber mata pencaharian. Hal ini membuat mereka selalu berinteraksi dengan para pelaut dan pedagang dari berbagai belahan dunia.
Pada tahun 1820, wabah Thaun melanda bagian utara Teluk Arab. Orang-orang yang selamat memilih untuk bermigrasi karena menderita kelaparan akibat wabah itu.
Pada tahun 1903, wabah cacar menyebar ke seluruh penjuru Teluk Arab bersamaan dengan wabah kolera yang melanda pada 1904 dan 1911.
Selanjutnya, pada tahun 1918, pandemi flu Spanyol menyerang seluruh wilayah di dunia termasuk Teluk Arab. Korban meninggal saat itu diperkirakan 50-100 juta orang.
Wabah ini pernah ada di dunia dan sebagian besar darinya telah sirna ditelan masa. Bagaimana dengan Covid-19? Kita berharap pandemi ini segera hilang, sehingga manusia beraktivitas normal seperti sedia kala.
[Abu Syafiq/Fimadani]
Tak dipungkiri, sumber dan referensi mengenai wabah di negara Arab sangat langka jika dibandingkan dengan sumber-sumber lain yang berada di negara Eropa.
Pasalnya, negara-negara Eropa menyikapi wabah yang pernah ada di muka bumi ini sebagai fenomena historis yang meninggalkan dampak sosial, ekonomi dan budaya sehingga perlu didokumentasikan.
Beberapa waktu lalu, seperti dilansir Alaraby, Museum Nasional Qatar di Doha memamerkan koleksi dokumen, korespondensi, dan kesaksian lisan tentang wabah yang melanda kawasan Teluk Arab selama dua dekade pertama abad 20.
Baca juga: Sepenggal Kisah Istigosah yang Berujung Duka
Pameran ini mengungkapkan penyebaran wabah yang meluas dan penderitaan yang dialami masyarakat di wilayah Teluk Arab.
Wabah itu menyebabkan banyak orang meninggal dunia. Banyak pula yang memilih untuk bermigrasi ke negara lain karena dilanda kelaparan akibat wabah tersebut. Ini merupakan krisis terbesar dalam sejarah Teluk Arab.
Pada awal abad ke-19 dan ke-20, Qatar menghadapi berbagai wabah mematikan yang tidak kalah berbahaya dari pandemi Covid-19 yang saat ini menyebar di dunia.
Baca juga: Ini 4 Wabah yang Pernah Menyebabkan Masjid Kosong Tanpa Jamaah
Dalam pameran tersebut juga diperlihatkan dokumen berupa telegram yang dikirim Gubernur Basrah pada tahun 1903 kepada Kementerian Dalam Negeri Dinasti Utsmaniyah (Ottoman), yang menyatakan bahwa banyak orang yang meninggal karena wabah Kolera, sehingga tindakan pencegahan yang diperlukan harus segera diambil.
Dokumen-dokumen yang dipamerkan dalam Museum Nasional Qatar itu menceritakan bagaimana wilayah Teluk Arab sangat mudah terpapar penyakit karena ketergantungan penduduknya pada laut sebagai sumber mata pencaharian. Hal ini membuat mereka selalu berinteraksi dengan para pelaut dan pedagang dari berbagai belahan dunia.
Pada tahun 1820, wabah Thaun melanda bagian utara Teluk Arab. Orang-orang yang selamat memilih untuk bermigrasi karena menderita kelaparan akibat wabah itu.
Pada tahun 1903, wabah cacar menyebar ke seluruh penjuru Teluk Arab bersamaan dengan wabah kolera yang melanda pada 1904 dan 1911.
Selanjutnya, pada tahun 1918, pandemi flu Spanyol menyerang seluruh wilayah di dunia termasuk Teluk Arab. Korban meninggal saat itu diperkirakan 50-100 juta orang.
Wabah ini pernah ada di dunia dan sebagian besar darinya telah sirna ditelan masa. Bagaimana dengan Covid-19? Kita berharap pandemi ini segera hilang, sehingga manusia beraktivitas normal seperti sedia kala.
[Abu Syafiq/Fimadani]
Advertisement
EmoticonEmoticon