Pemerintah Arab Saudi sedang berupaya mengeksekusi mati seorang bocah lelaki yang ikut dalam demonstrasi anti-pemerintah di provinsi Qatif beberapa tahun lalu. Pada saat itu, ia masih berusia 10 tahun.
Remaja yang bernama Murtaja Qurairish itu ditangkap pada tahun 2013 saat bepergian dengan keluarganya ke Bahrain melalui Jembatan Raja Fahd yang menghubungkan kedua negara. Ia merupakan tahanan politik termuda di Arab Saudi.
Dalam sebuah laporan eksklusif pada hari Jumat (7 Juni 2019), CNN memutar rekaman video yang memperlihatkan Qurairish bersama beberapa anak laki-laki lain sedang mengendarai sepeda di kota Awamiya pada tahun 2011, ikut serta dalam demonstrasi anti-pemerintah Arab Saudi.
Jaksa Saudi menuntut hukuman mati bagi Qurairish pada Agustus 2018 lalu karena telah melakukan banyak kejahatan, yaitu berpartisipasi dalam protes anti-pemerintah, menghadiri pemakaman saudaranya yang meninggal dalam demonstrasi 2011, bergabung dengan organisasi teroris, melemparkan bom molotov ke kantor polisi, dan menembaki aparat keamanan dengan senjata api.
Amnesti International telah merekomendasikan penghapusan hukuman mati terhadap Qurairish. Menurut pihak Amnesti Internasional, setelah Qurairish ditangkap, ia ditahan di sel isolasi selama satu bulan. Ia juga dipukuli dan diintimidasi selama interogasi.
Sementara itu, pihak yang menginterogasi Qurairish berjanji akan membebaskannya jika dia mengakui semua tuduhan yang terhadap dirinya. Demikian seperti dilansir Al-Jazeera.
[Abu Syafiq/Fimadani]
Remaja yang bernama Murtaja Qurairish itu ditangkap pada tahun 2013 saat bepergian dengan keluarganya ke Bahrain melalui Jembatan Raja Fahd yang menghubungkan kedua negara. Ia merupakan tahanan politik termuda di Arab Saudi.
Dalam sebuah laporan eksklusif pada hari Jumat (7 Juni 2019), CNN memutar rekaman video yang memperlihatkan Qurairish bersama beberapa anak laki-laki lain sedang mengendarai sepeda di kota Awamiya pada tahun 2011, ikut serta dalam demonstrasi anti-pemerintah Arab Saudi.
Jaksa Saudi menuntut hukuman mati bagi Qurairish pada Agustus 2018 lalu karena telah melakukan banyak kejahatan, yaitu berpartisipasi dalam protes anti-pemerintah, menghadiri pemakaman saudaranya yang meninggal dalam demonstrasi 2011, bergabung dengan organisasi teroris, melemparkan bom molotov ke kantor polisi, dan menembaki aparat keamanan dengan senjata api.
Amnesti International telah merekomendasikan penghapusan hukuman mati terhadap Qurairish. Menurut pihak Amnesti Internasional, setelah Qurairish ditangkap, ia ditahan di sel isolasi selama satu bulan. Ia juga dipukuli dan diintimidasi selama interogasi.
Sementara itu, pihak yang menginterogasi Qurairish berjanji akan membebaskannya jika dia mengakui semua tuduhan yang terhadap dirinya. Demikian seperti dilansir Al-Jazeera.
[Abu Syafiq/Fimadani]
Advertisement
EmoticonEmoticon