Pengamat Politik Rocky Gerung dilaporkan ke pihak kepolisian soal pernyataannya di Indonesia Lawyers Club (ILC) pada tahun 2018 silam.
Pihak kepolisian pun menindaklanjuti laporan tersebut dan meminta Rocky Gerung untuk mengklarifikasi pernyataannya.
Dalam program ILC pada Selasa (5 Februari 2019), pria kelahiran Manado itu menjelaskan soal makna fiksi.
“Dari awal saya katakan, fiksi itu bagus. Bahkan ada Pulitzer 2018, yang menang karya fiksi dikasih hadiah. Ada dua karya yang bertanding. Ada dua ya, satu enggak cukup. Yang pertama adalah judulnya Less, yang kedua [The] Idiot,” ujarnya.
Lebih lanjut, Rocky menyebutkan alasan salah satu karya tersebut menang.
“Yang menang yang Less, bukan yang Idiot. Bukan karena idiot itu dungu dalam pengertian Indonesia, tapi yang menang adalah yang Less, karena narasinya lebih bagus, logikanya lebih bagus. Padahal, kalau Anda baca Idiot, itu juga ada logika di situ, ada trauma kemanusiaan di situ, tapi ada perjuangan begitu,” tuturnya.
Dari hal tersebut, Rocky menyimpulkan bahwa fiksi adalah baik.
“Jadi, fiksi itu baik. Dipertandingkan bahkan. Dikasih hadiah kok fiksi itu,” jelasnya.
Selanjutnya, Rocky menanggapi laporan terhadap dirinya tentang pernyataan bahwa kitab suci adalah fiksi.
“Jadi, kita ada di dalam kekacauan. Karena kita digoda untuk mencari delik, itu soalnya tuh. Kita berupaya untuk, kalau bisa di dalam 2 detik saudara Rocky Gerung, deliknya 3 kali. Karena itu, kehangatan berwarga negara itu hilang begitu,” paparnya.
[Abu Syafiq/Fimadani]
Pihak kepolisian pun menindaklanjuti laporan tersebut dan meminta Rocky Gerung untuk mengklarifikasi pernyataannya.
Dalam program ILC pada Selasa (5 Februari 2019), pria kelahiran Manado itu menjelaskan soal makna fiksi.
“Dari awal saya katakan, fiksi itu bagus. Bahkan ada Pulitzer 2018, yang menang karya fiksi dikasih hadiah. Ada dua karya yang bertanding. Ada dua ya, satu enggak cukup. Yang pertama adalah judulnya Less, yang kedua [The] Idiot,” ujarnya.
Lebih lanjut, Rocky menyebutkan alasan salah satu karya tersebut menang.
“Yang menang yang Less, bukan yang Idiot. Bukan karena idiot itu dungu dalam pengertian Indonesia, tapi yang menang adalah yang Less, karena narasinya lebih bagus, logikanya lebih bagus. Padahal, kalau Anda baca Idiot, itu juga ada logika di situ, ada trauma kemanusiaan di situ, tapi ada perjuangan begitu,” tuturnya.
Dari hal tersebut, Rocky menyimpulkan bahwa fiksi adalah baik.
“Jadi, fiksi itu baik. Dipertandingkan bahkan. Dikasih hadiah kok fiksi itu,” jelasnya.
Selanjutnya, Rocky menanggapi laporan terhadap dirinya tentang pernyataan bahwa kitab suci adalah fiksi.
“Jadi, kita ada di dalam kekacauan. Karena kita digoda untuk mencari delik, itu soalnya tuh. Kita berupaya untuk, kalau bisa di dalam 2 detik saudara Rocky Gerung, deliknya 3 kali. Karena itu, kehangatan berwarga negara itu hilang begitu,” paparnya.
[Abu Syafiq/Fimadani]
Advertisement
EmoticonEmoticon