Kandidat Wakil Presiden Ma’ruf Amin meminta sejumlah pihak tidak mempolitisasi Majelis Ulama Indonesia (MUI). Hal tersebut dia sampaikan terkait Malam Munajat 212 yang digelar Kamis (21 Februari 2019) kemarin.
Menurut Ma’ruf, tidak ada yang salah dengan penyelenggaran munajat itu. Masalah timbul jika dijadikan kendaraan politik tertentu dan MUI dijadikan alat politik.
Ma’ruf mengatakan, MUI harus independen. Sebab, hal itu adalah kesepakatan yang telah disetujui bersama.
“Saya ini ketum MUI, saya cawapres, tapi saya tidak mau menggunakan MUI sebagai kendaraan politik saya. MUI DKI jangan gunakan sebagai kendaraan politik, itu menyimpang dari kesepakatan,” kata Ma’ruf seperti dilansir CNN Indonesia, Jumat (22 Februari 2019).
Lebih lanjut, Ma’ruf mengatakan, dia salah seorang tokoh yang menginisiasi gerakan 212 semenjak 2016 silam. Menurutnya, gerakan 212 sejatinya adalah gerakan untuk membela agama, bukan politik.
Selain itu, peserta malam munajat tersebut berbeda dengan peserta aksi 212 yang dia prakarsai dahulu.
Seperti diketahui, Aksi Bela Islam III atau lebih dikenal dengan aksi 212 merupakan aksi demonstrasi terbesar dalam sejarah Indonesia. Pesertanya diperkirakan lebih dari 7 juta orang yang datang dari berbagai wilayah di Indonesia.
Aksi terbesar selanjutnya adalah Reuni Akbar 212 pada tahun 2018 silam yang diikuti oleh lebih dari 8 juta orang, bahkan ada yang menghitung jumlahnya menembus angka 10 juta orang.
[Abu Syafiq/Fimadani]
Menurut Ma’ruf, tidak ada yang salah dengan penyelenggaran munajat itu. Masalah timbul jika dijadikan kendaraan politik tertentu dan MUI dijadikan alat politik.
Ma’ruf mengatakan, MUI harus independen. Sebab, hal itu adalah kesepakatan yang telah disetujui bersama.
“Saya ini ketum MUI, saya cawapres, tapi saya tidak mau menggunakan MUI sebagai kendaraan politik saya. MUI DKI jangan gunakan sebagai kendaraan politik, itu menyimpang dari kesepakatan,” kata Ma’ruf seperti dilansir CNN Indonesia, Jumat (22 Februari 2019).
Lebih lanjut, Ma’ruf mengatakan, dia salah seorang tokoh yang menginisiasi gerakan 212 semenjak 2016 silam. Menurutnya, gerakan 212 sejatinya adalah gerakan untuk membela agama, bukan politik.
Selain itu, peserta malam munajat tersebut berbeda dengan peserta aksi 212 yang dia prakarsai dahulu.
Seperti diketahui, Aksi Bela Islam III atau lebih dikenal dengan aksi 212 merupakan aksi demonstrasi terbesar dalam sejarah Indonesia. Pesertanya diperkirakan lebih dari 7 juta orang yang datang dari berbagai wilayah di Indonesia.
Aksi terbesar selanjutnya adalah Reuni Akbar 212 pada tahun 2018 silam yang diikuti oleh lebih dari 8 juta orang, bahkan ada yang menghitung jumlahnya menembus angka 10 juta orang.
[Abu Syafiq/Fimadani]
Advertisement
EmoticonEmoticon