Sebuah fakta mengejutkan diungkap oleh seorang peneliti Arab Saudi yang bermukim di Turki, Muhammad Fulkan terkait kamp penahanan muslim Uighur di Xinjiang, seperti dilansir arabicpost.
Fakta ini akan menyulut kecaman internasional terhadap upaya pemerintah Cina yang telah menangkap minoritas etnis muslim Uighur.
Menurut informasi yang dihimpun Fulkan, orang-orang muslim yang ditahan di Xinjiang dikirim ke pabrik-pabrik yang berada di dalam kamp-kamp konsentrasi yang disebut pemerintah Cina sebagai tempat tahanan biasa.
Para tahanan tidak mempunyai pilihan selain bekerja dan menjalankan perintah mandor pabrik.
Selain dipaksa bekerja, para tahanan muslim dipaksa meninggalkan agama mereka dan wajib setia kepada partai penguasa (Partai Komunis Cina).
Bukti-bukti tersebut dikuatkan oleh organisasi Atajurt Kazakh untuk Hak-Hak Asasi Manusia. Organisasi ini berpusat di Kazakhstan dan bekerja untuk membantu kelompok etnis Kazakh yang meninggalkan Xinjiang.
Organisasi ini melakukan wawancara dengan sejumlah kerabat muslim Uighur yang ditahan.
Mereka mengungkapkan, para tahanan bekerja di pabrik pakaian yang disebut dengan pabrik hitam, karena mereka menerima upah yang sangat rendah dan mengalami kondisi kerja yang sangat berat.
Pada bulan Agustus 2018, pemerintah Cina membantah adanya kamp-kamp konsentrasi. Menurut mereka, kamp-kamp yang ada merupakan tahanan yang berfungsi sebagai pusat pelatihan dan keterampilan.
Sehingga, kata mereka, setelah bebas para tahanan dan keluarga mereka bisa keluar dari garis dari kemiskinan dan bersiap menghadapi arus perekonomian Cina.
Salah satu alasan pemerintah Cina menangkap dan menahan etnis muslim Uighur adalah karena sebagian besar dari mereka tidak fasih berbahasa Mandarin. Sehingga, mereka diwajibkan untuk belajar bahasa Mandarin di kamp-kamp konsentrasi.
[Abu Syafiq/Fimadani]
Fakta ini akan menyulut kecaman internasional terhadap upaya pemerintah Cina yang telah menangkap minoritas etnis muslim Uighur.
Menurut informasi yang dihimpun Fulkan, orang-orang muslim yang ditahan di Xinjiang dikirim ke pabrik-pabrik yang berada di dalam kamp-kamp konsentrasi yang disebut pemerintah Cina sebagai tempat tahanan biasa.
Para tahanan tidak mempunyai pilihan selain bekerja dan menjalankan perintah mandor pabrik.
Selain dipaksa bekerja, para tahanan muslim dipaksa meninggalkan agama mereka dan wajib setia kepada partai penguasa (Partai Komunis Cina).
Bukti-bukti tersebut dikuatkan oleh organisasi Atajurt Kazakh untuk Hak-Hak Asasi Manusia. Organisasi ini berpusat di Kazakhstan dan bekerja untuk membantu kelompok etnis Kazakh yang meninggalkan Xinjiang.
Organisasi ini melakukan wawancara dengan sejumlah kerabat muslim Uighur yang ditahan.
Mereka mengungkapkan, para tahanan bekerja di pabrik pakaian yang disebut dengan pabrik hitam, karena mereka menerima upah yang sangat rendah dan mengalami kondisi kerja yang sangat berat.
Pada bulan Agustus 2018, pemerintah Cina membantah adanya kamp-kamp konsentrasi. Menurut mereka, kamp-kamp yang ada merupakan tahanan yang berfungsi sebagai pusat pelatihan dan keterampilan.
Sehingga, kata mereka, setelah bebas para tahanan dan keluarga mereka bisa keluar dari garis dari kemiskinan dan bersiap menghadapi arus perekonomian Cina.
Salah satu alasan pemerintah Cina menangkap dan menahan etnis muslim Uighur adalah karena sebagian besar dari mereka tidak fasih berbahasa Mandarin. Sehingga, mereka diwajibkan untuk belajar bahasa Mandarin di kamp-kamp konsentrasi.
[Abu Syafiq/Fimadani]
Advertisement
EmoticonEmoticon