Sejumlah media berbahasa ibrani melaporkan, pemerintah Zionis Israel sedang menjalin komunikasi dengan beberapa negara Arab untuk mengatur jadwal kunjungan resmi Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu ke negara-negara tersebut dalam waktu dekat.
Di luar dugaan, respons negara-negara tersebut sangat mengejutkan. Menurut radio berbahasa ibrani, negara-negara tersebut tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel sama sekali. Namun, karena komunikasi telah terjalin kuat, kunjungan itu tidak menjadi kendala.
Sementara itu, surat kabar Yedioth Ahronoth, dalam sebuah berita mengutip pernyataan seorang rabi Yahudi Amerika, Marc Schneier, yang mengatakan bahwa negara-negara Arab yang berada di kawasan Teluk telah bersedia untuk membuka diri dan membangun hubungan dengan Israel sebelum mencari solusi bersama untuk masalah Palestina.
Marc Schneier yang juga menjabat sebagai ketua Yayasan Kesepahaman Antara Agama Yahudi dan Islam itu mengatakan kepada jurnalis Yedioth Ahronoth, baru-baru ini dia mengunjungi sejumlah negara Arab. Menurut pengakuannya, sikap negara-negara tersebut mulai berubah. Terbukti, mereka ingin dekat dan membuka diri dengan Israel.
Rabi itu melanjutkan, sebagian besar pemimpin negara Arab itu meyakinkannya tentang kesiapan mereka dalam menyambut Benjamin Netanyahu. Bahkan, mereka sangat antusias untuk mewujudkan kerja sama yang menggabungkan antara kekayaan negara-negara Teluk dengan kemajuan Israel di bidang teknologi.
Pemimpin negara-negara itu berharap, kerja sama dengan Zionis Israel ini merupakan langkah awal untuk kemajuan dan kemakmuran negaranya. Sehingga, menjadi kawasan yang paling sukses di seantero dunia.
Selain itu, kata Rabi Yahudi itu, Bahrain akan menjadi negara Teluk pertama yang membangun hubungan diplomatik dengan Zionis Israel dan akan diikuti oleh negara-negara lain.
Apalagi, lanjut Marc Schneier, negara-negara tersebut mempunyai sikap yang sama dengan Zionis Israel yang menjadikan Iran sebagai musuh bersama karena mengancam eksistensinya di kawasan Timur Tengah. Demikian diwartakan Al Jazeera.
[Abu Syafiq/Fimadani]
Di luar dugaan, respons negara-negara tersebut sangat mengejutkan. Menurut radio berbahasa ibrani, negara-negara tersebut tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel sama sekali. Namun, karena komunikasi telah terjalin kuat, kunjungan itu tidak menjadi kendala.
Sementara itu, surat kabar Yedioth Ahronoth, dalam sebuah berita mengutip pernyataan seorang rabi Yahudi Amerika, Marc Schneier, yang mengatakan bahwa negara-negara Arab yang berada di kawasan Teluk telah bersedia untuk membuka diri dan membangun hubungan dengan Israel sebelum mencari solusi bersama untuk masalah Palestina.
Marc Schneier yang juga menjabat sebagai ketua Yayasan Kesepahaman Antara Agama Yahudi dan Islam itu mengatakan kepada jurnalis Yedioth Ahronoth, baru-baru ini dia mengunjungi sejumlah negara Arab. Menurut pengakuannya, sikap negara-negara tersebut mulai berubah. Terbukti, mereka ingin dekat dan membuka diri dengan Israel.
Rabi itu melanjutkan, sebagian besar pemimpin negara Arab itu meyakinkannya tentang kesiapan mereka dalam menyambut Benjamin Netanyahu. Bahkan, mereka sangat antusias untuk mewujudkan kerja sama yang menggabungkan antara kekayaan negara-negara Teluk dengan kemajuan Israel di bidang teknologi.
Pemimpin negara-negara itu berharap, kerja sama dengan Zionis Israel ini merupakan langkah awal untuk kemajuan dan kemakmuran negaranya. Sehingga, menjadi kawasan yang paling sukses di seantero dunia.
Selain itu, kata Rabi Yahudi itu, Bahrain akan menjadi negara Teluk pertama yang membangun hubungan diplomatik dengan Zionis Israel dan akan diikuti oleh negara-negara lain.
Apalagi, lanjut Marc Schneier, negara-negara tersebut mempunyai sikap yang sama dengan Zionis Israel yang menjadikan Iran sebagai musuh bersama karena mengancam eksistensinya di kawasan Timur Tengah. Demikian diwartakan Al Jazeera.
[Abu Syafiq/Fimadani]
Advertisement
EmoticonEmoticon